Halaman

Senin, 10 Desember 2012

Teamwork dan Manajemen Konflik


Kesendirian apapun bentuknya cenderung bermakna menghasilkan suatu kelemahan, ketidakmampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun barangkali kita mempersoalkan kelemahan orang lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri. Sudah saatnya kita merubah perilaku demikian.
            Tidak ada orang yang sukses tanpa bantuan orang lain. Pasti ada tim yang baik dibelakangnya. Kerja tim sangat diperlukan dalam pekerjaan, khususnya pada pekerjaan yang membutuhkan tindakan (action) dan keputusan (decision) yang sulit.Begitu juga dengan pekerjaan yang membutuhkan saran dan diskusi.
Kerjasama tim (Team Work) merupakan sarana yang ampuh bagi kegiatan apapun yang positif. Jelas bahwa keberhasilan membina sebuah tim kerja merupakan titik kritis yang akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan, visi dan misi tim tersebut.
Teamwork adalah superpower. Dengan teamwork yang solid, pekerjaan yang banyak dan sulit, akan menjadi ringan dan terasa mudah untuk dilaksanakan. Dengan menyerap ide dan pendapat banyak anggota lain, hasil yang optimal akan didapat.
Manusia memang tercipta dalam karakter yang unik dan berbeda. Sangatlah tidak mungkin dalam satu pribadi tersimpan semua sifat baik, begitu pula sebaliknya. Manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Dengan adanya kerjasama dalam suatu kelompok, diharapkan mampu untuk saling melengkapi dan mendominasikan kebaikan dibanding keburukan. Kunci keberhasilan dalam bekerjasama adalah kemauan mendengar. Tidak banyak orang yang mau mendengar, melainkan semua ingin berbicara untuk didengarkan.
Dalam suatu kerjasama, tidak menjamin satu tim bersama orang – orang yang dianggap hebat dapat membentuk tim yang hebat pula. Hal ini dikarenakan orang – orang yang biasa menjadi pemimpin, sulit mengendalikan dirinya untuk dipimpin. Padahal ada pendapat yang mengatakan bahwa seseorang dikatakan pemimpin apabila ia juga mampu dipimpin. Hal ini lah yang seharusnya harus dipupuk selagi muda supaya menjadi benih karakter yang sangat bermanfaat di masa yang akan datang.
Bekerja dengan team itu identik dengan bekerjasama, bukan sama – sama kerja. Bekerjasama artinya seluruh yang kita lakukan memiliki hubungan, yang disebut sebagai kesalingbergantungan (sinergy). Kekuatan kita akan berpengaruh dan dipengaruhi pada kekuatan lain. Ini agak berbeda dengan sama – sama kerja. Bisa dibilang kita masa bodoh dengan orang lain. Pokoknya kita kerja menurut aturan kita dan orang lain juga begitu. Itulah sama-sama kerja.
Pada tataran pengetahuan atau wawasan (level kognitif), semua orang sudah tahu betapa pentingnya kecakapan bekerja dengan team itu. Cuman, yang menjadi masalah adalah prakteknya. Yang sering kita jumpai misalnya antara lain :
*      Sebagian kita itu tidak bisa dipimpin, tetapi diminta menjadi pemimpin juga belum mampu. Padahal, idealnya adalah kalau kita belum mampu memimpin, kita harus siap untuk dipimpin.
*      Sebagian kita masih belum terlatih berkomunikasi secara asertif atau dialogis. Yang sering terjadi adalah perdebatan atau model komunikasi yang pasif-submisif (tak punya pendirian yang jelas), atau aktif-agresif (cenderung memaksakan kehendak).
*      Sebagian kita kalau konflik biasanya mengarah kepada orangnya, bukan ke persoalannya. Konflik yang mengarah pada orang itu biasanya berlangsung lama dan terkadang membuat kita bisa kehilangan perspektif yang sehat tentang seseorang. Perspektif yang demikian ini sangat berpotensi melahirkan konflik yang tidak produktif.
Berikut ini juga terdapat contoh konflik dalam tim dan dampaknya :
*      Bila Teamwork Diabaikan
Seseorang yang tidak bisa bekerja secara tim, berarti lebih mengutamakan “keegoisan” dan “keakuan”. Merasa dirinya lebih dari yang lain. Padahal dimanapun kita berada. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, baik didalam lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dampaknya secara pribadi dan yang paling jelas adalah orang yang bersangkutan akan sulit untuk disukai dan disayangi oleh orang lain. Hal ini akan timbul beberapa kurun waktu. Seperti yang sering kita lihat, akan muncul orang yang “ dikucilkan” dari lingkungan karena ulahnya yang merasa serba “aku”.
*      Bila Teamwork berjalan Buruk
Bila teamwork berjalan tidak baik, tentu hasil yang maksimal akan sulit  dicapai, mengapa? Karena bila ada satu saja anggota tim yang menjadi penghambat, system yang sudah dibuat akan terhambat pula. Mungkin, kegiatan atau pekerjaan tidak akan berhasil tepat waktu, kualitas hasil pekerjaan atau kinerja kurang baik, atau malah memungkinkan tidak berhasil sama sekali.
Agar Teamwork berjalan dengan baik :
  1. Tujuan harus jelas.
  2. Ketua tim harus memiliki visi yang jelas, mampu bekerjasama secara patrisipatif dengan anggota, bersedia menerima saran dan pendapat dari anggota, serta bersedia untuk terbuka terhadap segala kejadian yang mungkin timbul yang berhubungan dengan tim.
  3. Sistem kerja dan pembagian pekerjaan harus jelas dan proporsional.
  4. Anggota tim harus memiliki kemampuan dan kemauan sesuai kompetensi dan pengetahuan dengan jenis kegiatan / pekerjaan yang akan dikerjakan.
  5. Sesama anggota tim harus mampu membuka hati untuk memberikan dan menerima saran serta berkomitmen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  6. Semua anggota tim harus berkomitmen untuk bekerjasama mencapai hasil yang sebaik – baiknya.
  7. Prinsip yang harus dilaksanakan:
- Pains Sharing
- Process Sharing
- Gain atau Loss Sharing
Ada beberapa karakteristik yang harus menyertai sebuah tim agar selalu berkarya dalam kekompakan dan keterpaduan yang solid sehingga dapat mencapai sukses :
1)      Memiliki tujuan yang sama
2)      Memiliki komitmen yang sama terhadap hal-hal kecil
3)      Saling tergantung dan percaya
4)      Setiap orang bermain serta tahu peran masing-masing dan bagaimana menjalankan peran itu
5)      Selalu memantau kemajuan dan berbagi keberhasilan
Di dalam sebuah tim yang ideal hendaknya memiliki:
ü Seorang ketua
ü Seorang pembentuk
ü Seorang pemikir
ü Seorang pengevaluasi hasil monitoring
ü Seorang penyelidik sumberdaya
ü Seorang pekerja
ü Seorang pekerja tim
ü Seorang penyelaras akhir
Tidak mudah memang untuk membentuk dan membangun tim. Kebanyakan tim pernah mengalami siklus seperti ini :
Tahap 1 à Masa Infansi (Pembentukan)
Tahap 2
à Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3
à Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4
à Mengalami Transformasi
Perlu perencanaan yang mendalam dan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Tim tidak cukup hanya didukung dengan sistem, prosedur dan harapan – harapan yang ada. Kemungkinan mereka tidak cocok dengan pekerjaannya, penilaian kerja, penghargaan, prakteknya atau sistem pengawasannya.
            Seorang pemimpin perlu mengetahui dengan pasti, kondisi dan tingkat perkembangan tim kerjanya. Seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan kerjasama dengan para anggotanya, baik sebagai individu maupun sebagai tim. Ada skala yang yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang bekerjasama dalam sebuah tim. Adapun acuan yang digunakan untuk mengukur kecakapan diri dalam sebuah tim :
Skala
Keterangan
-1
Kita tidak kooperatif atau selalu menggeluarkan protes / interupsi yang mengganggu.
0
Kita netral dan pasif, tidak berpartisipasi dan tidak pula merasa sebagai anggota team
1
Kita kooperatif, punya semangat untuk berpartisipasi, mendukung keputusan team dan bisa menjadi pemain yang bagus bagi sebuah team, sering bekerja dengan orang lain dalam menangani pekerjasan.
2
Share information (membagi informasi dengan orang lain).
3
Kita punya harapan positif terhadap team, menggunakan istilah-istilah positif untuk membangkitkan semangat tim, menunjukkan respek pada orang lain.
4
Kita bisa memberi dan menerima input yang positif demi kebaikan team
5
Kita memberdayakan anggota lain yang masuk dalam tim agar bisa mencapai kinerja yang bagus.
6
Kita termasuk orang yang bisa membangun team, bisa menciptakan iklim dalamteam secara bersahabat, punya moral yang bagus dan punya pendekatan yang bagus dalam menjaga reputasi team di mata orang lain.
7
Kita sudah punya kesanggupan dalam menangani konflik secara positif dan melahirkan efek yang positif dalam team.
Sumber: Competence At Work, Model for Superior Performance, 1997

Untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain diawali dari penjelasan di bawah ini :
No
Level
Deskripsi
01
Rendah
Anda baru bisa berteman dengan orang lain, baru bisa menyenangkan orang lain, atau baru bisa bercakap-cakap dengan orang lain.
02
Menengah
Anda sudah sanggup membangun hubungan secara konstruktif berdasarkan bidang, punya hubungan yang bertahan lama,  dan bisa menempatkan orang di tempatnya yang layak.
03
Atas
Anda sudah bisa memberikan toleransi, bisa membangun diplomasi, bisa mencairkan ketegangan, bisa menebar kedamaian, dan bisa memperlakukan orang secara sabar dan penuh hormat.
04
Tinggi/Ahli
Anda sudah sanggup membangun hubungan dengan bagus, bisa mengatasi konflik secara positif, dan bisa menangani "orang sulit" (trouble maker) secara efektif dan efisien..
Untuk catatan, yang tergolong sebagai "orang sulit" adalah orang yang selalu mengkritik, selalu mendebat, selalu ingin menguasai, selalu ingin menang sendiri, selalu ingin ikut campur, selalu protes, selalu bikin masalah, dan seterusnya. Ciri – ciri orang sulit itu adalah:
*    The aggressor à memaksakan kehendak, menggunakan bahasa yang kasar, otoriter, main pecat.
*    The victim: selalu menyalahkan orang lain, selalu ngomel karena merasa dirugikan orang lain, selalu menuding orang lain sebagai faktor kerugian.
*    The rescuer: selalu ingin ikut campur, terlalu takut dibenci orang dan terlalu ingin dipuji orang.

3 komentar: