Kesendirian
apapun bentuknya cenderung bermakna menghasilkan suatu kelemahan, ketidakmampuan,
keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu pasti memiliki sisi
lemah dan sisi kuatnya. Namun barangkali kita mempersoalkan kelemahan orang
lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri. Sudah saatnya kita merubah
perilaku demikian.
Tidak ada
orang yang sukses tanpa bantuan orang lain. Pasti ada tim yang baik
dibelakangnya. Kerja tim
sangat diperlukan dalam pekerjaan, khususnya pada pekerjaan yang membutuhkan
tindakan (action) dan keputusan (decision) yang sulit.Begitu juga dengan
pekerjaan yang membutuhkan saran dan diskusi.
Kerjasama
tim (Team Work) merupakan sarana yang ampuh bagi kegiatan apapun yang positif.
Jelas bahwa keberhasilan membina sebuah tim kerja merupakan titik kritis yang
akan menentukan keberhasilan mencapai tujuan, visi dan misi tim tersebut.
Teamwork adalah superpower. Dengan teamwork yang
solid, pekerjaan yang banyak dan sulit, akan menjadi ringan dan terasa mudah
untuk dilaksanakan. Dengan menyerap ide dan pendapat banyak anggota lain, hasil
yang optimal akan didapat.
Manusia memang
tercipta dalam karakter yang unik dan berbeda. Sangatlah tidak mungkin dalam
satu pribadi tersimpan semua sifat baik, begitu pula sebaliknya. Manusia
memiliki kekurangan dan kelebihan. Dengan adanya kerjasama dalam suatu
kelompok, diharapkan mampu untuk saling melengkapi dan mendominasikan kebaikan
dibanding keburukan. Kunci keberhasilan dalam bekerjasama adalah kemauan
mendengar. Tidak banyak orang yang mau mendengar, melainkan semua ingin
berbicara untuk didengarkan.
Dalam suatu
kerjasama, tidak menjamin satu tim bersama orang – orang yang dianggap hebat
dapat membentuk tim yang hebat pula. Hal ini dikarenakan orang – orang yang
biasa menjadi pemimpin, sulit mengendalikan dirinya untuk dipimpin. Padahal ada
pendapat yang mengatakan bahwa seseorang dikatakan pemimpin apabila ia juga
mampu dipimpin. Hal ini lah yang seharusnya harus dipupuk selagi muda supaya
menjadi benih karakter yang sangat bermanfaat di masa yang akan datang.
Bekerja dengan team itu identik dengan bekerjasama, bukan sama – sama kerja. Bekerjasama artinya seluruh yang kita lakukan memiliki hubungan,
yang disebut sebagai kesalingbergantungan (sinergy). Kekuatan kita
akan berpengaruh dan dipengaruhi pada kekuatan lain. Ini agak berbeda dengan
sama – sama kerja. Bisa dibilang kita
masa bodoh dengan orang lain. Pokoknya kita kerja menurut aturan kita dan orang lain juga begitu. Itulah
sama-sama kerja.
Pada tataran pengetahuan atau wawasan (level kognitif), semua orang sudah
tahu betapa pentingnya kecakapan bekerja dengan team itu. Cuman, yang menjadi masalah adalah prakteknya. Yang sering kita jumpai
misalnya antara lain :
Sebagian kita
itu tidak bisa dipimpin, tetapi diminta menjadi pemimpin juga belum mampu.
Padahal, idealnya adalah kalau kita belum mampu memimpin, kita harus siap untuk
dipimpin.
Sebagian kita
masih belum terlatih berkomunikasi secara asertif atau dialogis. Yang sering
terjadi adalah perdebatan atau model komunikasi yang pasif-submisif (tak punya
pendirian yang jelas), atau aktif-agresif (cenderung memaksakan kehendak).
Sebagian kita
kalau konflik biasanya mengarah kepada orangnya, bukan ke persoalannya. Konflik
yang mengarah pada orang itu biasanya berlangsung lama dan terkadang membuat
kita bisa kehilangan perspektif yang sehat tentang seseorang. Perspektif yang
demikian ini sangat berpotensi melahirkan konflik yang tidak produktif.
Berikut ini juga terdapat contoh
konflik dalam tim dan dampaknya :
Bila Teamwork Diabaikan
Seseorang yang tidak bisa bekerja
secara tim, berarti lebih mengutamakan “keegoisan” dan “keakuan”. Merasa
dirinya lebih dari yang lain. Padahal dimanapun kita berada. Manusia adalah
mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, baik didalam
lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dampaknya secara pribadi dan yang
paling jelas adalah orang yang bersangkutan akan sulit untuk disukai dan
disayangi oleh orang lain. Hal ini akan timbul beberapa kurun waktu. Seperti
yang sering kita lihat, akan muncul orang yang “ dikucilkan” dari lingkungan karena
ulahnya yang merasa serba “aku”.
Bila Teamwork berjalan
Buruk
Bila teamwork berjalan tidak baik,
tentu hasil yang maksimal akan sulit dicapai, mengapa? Karena bila
ada satu saja anggota tim yang menjadi penghambat, system yang sudah dibuat
akan terhambat pula. Mungkin, kegiatan atau pekerjaan tidak akan berhasil tepat
waktu, kualitas hasil pekerjaan atau kinerja kurang baik, atau malah
memungkinkan tidak berhasil sama sekali.
Agar Teamwork berjalan dengan baik :
- Tujuan harus jelas.
- Ketua tim harus memiliki visi
yang jelas, mampu bekerjasama secara patrisipatif dengan anggota, bersedia
menerima saran dan pendapat dari anggota, serta bersedia untuk terbuka
terhadap segala kejadian yang mungkin timbul yang berhubungan dengan tim.
- Sistem kerja dan pembagian
pekerjaan harus jelas dan proporsional.
- Anggota tim harus memiliki
kemampuan dan kemauan sesuai kompetensi dan pengetahuan dengan jenis
kegiatan / pekerjaan yang akan dikerjakan.
- Sesama anggota tim harus mampu
membuka hati untuk memberikan dan menerima saran serta berkomitmen untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Semua anggota tim harus
berkomitmen untuk bekerjasama mencapai hasil yang sebaik – baiknya.
- Prinsip yang harus
dilaksanakan:
- Pains Sharing
- Process Sharing
- Gain atau Loss Sharing
Ada beberapa karakteristik yang harus
menyertai sebuah tim agar selalu berkarya dalam kekompakan dan keterpaduan yang
solid sehingga dapat mencapai sukses :
1) Memiliki tujuan
yang sama
2) Memiliki komitmen
yang sama terhadap hal-hal kecil
3) Saling tergantung
dan percaya
4) Setiap orang bermain serta tahu peran
masing-masing dan bagaimana menjalankan peran itu
5) Selalu memantau
kemajuan dan berbagi keberhasilan
Di dalam sebuah tim yang ideal hendaknya
memiliki:
ü Seorang ketua
ü Seorang pembentuk
ü Seorang pemikir
ü Seorang
pengevaluasi hasil monitoring
ü Seorang penyelidik
sumberdaya
ü Seorang pekerja
ü Seorang pekerja tim
ü Seorang penyelaras
akhir
Tidak mudah memang untuk
membentuk dan membangun tim. Kebanyakan tim pernah mengalami siklus
seperti ini :
Tahap 1 à Masa Infansi (Pembentukan)
Tahap 2 à Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3 à Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4 à Mengalami Transformasi
Perlu perencanaan yang mendalam dan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Tim tidak cukup hanya didukung dengan sistem, prosedur dan harapan – harapan yang ada. Kemungkinan mereka tidak cocok dengan pekerjaannya, penilaian kerja, penghargaan, prakteknya atau sistem pengawasannya.
Seorang pemimpin perlu mengetahui dengan pasti, kondisi dan tingkat perkembangan tim kerjanya. Seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan kerjasama dengan para anggotanya, baik sebagai individu maupun sebagai tim. Ada skala yang yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang bekerjasama dalam sebuah tim. Adapun acuan yang digunakan untuk mengukur kecakapan diri dalam sebuah tim :
Tahap 2 à Masa Remaja (Mengalami Gejolak)
Tahap 3 à Kedewasaan (Membentuk Norma dan Melaksanakannya)
Tahap 4 à Mengalami Transformasi
Perlu perencanaan yang mendalam dan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Tim tidak cukup hanya didukung dengan sistem, prosedur dan harapan – harapan yang ada. Kemungkinan mereka tidak cocok dengan pekerjaannya, penilaian kerja, penghargaan, prakteknya atau sistem pengawasannya.
Seorang pemimpin perlu mengetahui dengan pasti, kondisi dan tingkat perkembangan tim kerjanya. Seorang pemimpin harus mampu menjalin hubungan kerjasama dengan para anggotanya, baik sebagai individu maupun sebagai tim. Ada skala yang yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang bekerjasama dalam sebuah tim. Adapun acuan yang digunakan untuk mengukur kecakapan diri dalam sebuah tim :
Skala
|
Keterangan
|
-1
|
Kita tidak kooperatif atau selalu
menggeluarkan protes / interupsi yang mengganggu.
|
0
|
Kita netral dan pasif, tidak
berpartisipasi dan tidak pula merasa sebagai anggota team
|
1
|
Kita kooperatif, punya semangat untuk
berpartisipasi, mendukung keputusan team dan bisa menjadi pemain yang bagus
bagi sebuah team,
sering bekerja dengan orang lain dalam menangani pekerjasan.
|
2
|
Share information (membagi informasi dengan orang lain).
|
3
|
Kita punya harapan positif terhadap team, menggunakan istilah-istilah
positif untuk membangkitkan semangat tim, menunjukkan respek pada orang lain.
|
4
|
Kita bisa memberi dan menerima input
yang positif demi kebaikan team
|
5
|
Kita memberdayakan anggota lain yang
masuk dalam tim agar bisa mencapai kinerja yang bagus.
|
6
|
Kita termasuk orang yang bisa
membangun team,
bisa menciptakan iklim dalamteam secara bersahabat, punya
moral yang bagus dan punya pendekatan yang bagus dalam menjaga reputasi team di mata orang lain.
|
7
|
Kita sudah punya kesanggupan dalam
menangani konflik secara positif dan melahirkan efek yang positif dalam team.
|
Sumber: Competence At
Work, Model for Superior Performance, 1997
Untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain diawali dari
penjelasan di bawah ini :
No
|
Level
|
Deskripsi
|
01
|
Rendah
|
Anda baru bisa berteman dengan orang
lain, baru bisa menyenangkan orang lain, atau baru bisa bercakap-cakap dengan
orang lain.
|
02
|
Menengah
|
Anda sudah sanggup membangun hubungan
secara konstruktif berdasarkan bidang, punya hubungan yang bertahan
lama, dan bisa
menempatkan orang di tempatnya yang layak.
|
03
|
Atas
|
Anda sudah bisa memberikan toleransi,
bisa membangun diplomasi, bisa mencairkan ketegangan, bisa menebar kedamaian,
dan bisa memperlakukan orang secara sabar dan penuh hormat.
|
04
|
Tinggi/Ahli
|
Anda sudah sanggup membangun hubungan
dengan bagus, bisa mengatasi konflik secara positif, dan bisa menangani
"orang sulit" (trouble maker) secara efektif dan efisien..
|
Untuk catatan, yang tergolong sebagai "orang sulit" adalah orang
yang selalu mengkritik, selalu mendebat, selalu ingin menguasai, selalu ingin
menang sendiri, selalu ingin ikut campur, selalu protes, selalu bikin masalah,
dan seterusnya. Ciri – ciri
orang sulit itu adalah:
The aggressor à memaksakan kehendak, menggunakan bahasa yang kasar, otoriter, main pecat.
The victim: selalu menyalahkan orang lain,
selalu ngomel karena merasa dirugikan orang lain, selalu menuding orang lain sebagai
faktor kerugian.
The rescuer: selalu
ingin ikut campur, terlalu takut dibenci orang dan terlalu ingin dipuji orang.
makasih....sangat membantu sekali sebagai tambahan referensi saya
BalasHapusmakasih....sangat membantu sekali sebagai tambahan referensi saya
BalasHapusoke banget
BalasHapus